Posted by: eklip | August 7, 2008

Risiko Likuiditas Meningkat

Risiko Likuiditas Meningkat
Target Kredit Tetap Tinggi
Kamis, 7 Agustus 2008 | 01:19 WIB

Jakarta, Kompas – Timpangnya laju penyaluran kredit dibandingkan dengan penghimpunan dana masyarakat oleh perbankan dalam setahun terakhir membuat risiko likuiditas bank meningkat. Bank Indonesia memperingatkan agar perbankan mulai mengantisipasi kondisi tersebut.

”Bank yang ingin tetap memacu kreditnya harus benar-benar berhitung apakah nantinya sanggup untuk menyiapkan dananya. Jangan sampai besar pasak daripada tiang,” kata Direktur Penelitian dan Pengaturan Perbankan Bank Indonesia (BI) Halim Alamsyah kemarin di Jakarta.

Jika dana yang tersedia diperkirakan tak akan mencukupi, perbankan sebaiknya mulai menahan ekspansi kreditnya. Ada beberapa indikator yang menunjukkan meningkatnya risiko likuiditas perbankan. Pertama, pertumbuhan kredit jauh lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK).

Selama periode Juni 2007-Juni 2008, kredit bertumbuh 31,6 persen, sementara DPK hanya tumbuh sekitar 15 persen. Selama periode Januari-Juni 2008, DPK hanya bertambah sekitar Rp 45 triliun, sementara kredit yang tersalur Rp 144 triliun.

Pertumbuhan kredit yang lebih cepat dibandingkan DPK membuat rasio kredit terhadap DPK (loan to deposit ratio/LDR) meningkat menjadi 75 persen.

Kedua, struktur DPK didominasi dana jangka pendek, sementara sebagian besar kredit justru berjangka menengah panjang.

Per Juni 2007, 93 persen DPK yang sebesar Rp 1.553,4 triliun merupakan dana jangka pendek, yakni tabungan, giro, deposito satu bulan, dan deposito 3 bulan.

Kondisi ini membuat bank harus menyediakan likuiditas yang lebih besar untuk mengantisipasi penarikan dana besar-besaran.

Risiko likuiditas bakal kian meningkat mengingat perbankan tetap merencanakan pertumbuhan kredit yang tinggi pada semester II-2008.

Berdasarkan rencana bisnis bank (RBB) pertengahan tahun, target penyaluran kredit 2008 sebesar 24 persen, turun tipis dibandingkan dengan RBB awal tahun yang sebesar 24,6 persen.

”Meskipun tren suku bunga sedang meningkat, perbankan optimistis permintaan kredit tetap tinggi pada semester II-2008,” tutur Halim.

Dampak

Jika bank kesulitan likuiditas, dampaknya amat merugikan. Bank yang bersangkutan terpaksa harus meminjam dana dengan harga mahal. Dampak paling berbahaya ialah jika bank kehilangan kepercayaan nasabahnya akibat tak mampu menyediakan dana tunai.

Komisaris Bank Danamon Krisna Wijaya mengingatkan, selain meningkatkan risiko likuiditas, penyaluran kredit yang cepat juga berpotensi menaikkan rasio kredit bermasalah.

Ketua Umum Perhimpunan Bank Umum Nasional Sigit Pramono mengatakan, bank sebaiknya mulai memikirkan alternatif sumber pendanaan lain, seperti menerbitkan obligasi global. Namun, itu tidak mudah mengingat pasar keuangan global masih menghadapi krisis akibat kasus subprime mortgage di AS. (FAJ)


Leave a comment

Categories